Mari Baca 5 Dampak Mencampur BBM pada Kendaraan
Jakarta - Tanpa disadari, kita kerap mengisi BBM yang berbeda-beda setiap pengisian pada kendaraan. Jika minggu ini Pertalite, bisa saja minggu depan berganti Pertamax. Hal tersebut bisa saja dilakukan karena kedua BBM ini berjenis bensin.
Namun perlu diketahui bahwa mencampur BBM untuk mengisi bahan bakar kendaraan bukan hal yang disarankan. Pasalnya, setiap jenis bensin memiliki karakter sulfur yang berbeda, termasuk tingkat oktan yang dimiliki Pertamax maupun Pertalite.
Bahkan, mencampur BBM dapat memicu penurunan performa pada kendaraan Anda. Oleh karena itu, pengisian BBM yang berbeda untuk mobil atau motor tidak disarankan.
Dampak Buruk Mencampur BBM
Anda perlu mengetahui dampak buruk mencampur BBM dengan jenis yang berbeda. Mengutip dari Beritadatadotcom, berikut ini pengaruh negatifnya untuk kendaraan.
1. Penurunan performa mesin
Dampak negatif dari mencampur BBM adalah menurunnya performa mesin kendaraan. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar di dalam mesin tidak dapat melebur dengan sempurna.
Kondisi tersebut menimbulkan residu yang dapat menghasilkan kerak. Jika dibiarkan, maka performa pada mesin dapat menurun dan mengganggu kenyamanan berkendara.
2. Menurunkan kualitas bahan bakar
Mencampur jenis BBM yang berbeda dapat mempengaruhi kualitas bahan bakar di dalam mesin.
Umumnya, pemilihan BBM disarankan oleh pabrik kendaraan sesuai dengan tipenya. Jika Anda mencampurkan dua jenis bahan bakar, dikhawatirkan nilai oktan tidak sesuai dengan kompresi mesin.
Alhasil, kinerja pembakaran dua BBM tersebut tidak maksimal. Sebaiknya pilih jenis BBM yang sesuai dengan tipe kendaraan Anda.
3. Tarikan mesin menjadi berat
Dampak negatif dari mencampur BBM berikutnya adalah membuat tarikan mesin menjadi berat.
Hal tersebut dipicu adanya senyawa dari kedua jenis BBM yang tidak bisa bercampur dengan sempurna.
Alhasil, perbedaan oktan membuat tarikan mesin menjadi berat dan kurang nyaman.
4. Sensor Check Engine menyala
Apabila sensor Check Engine pada kendaraan sudah menyala, tandanya ada sesuatu yang tidak beres pada motor atau mobil Anda.
Munculnya sensor ini harus diwaspadai oleh pengguna kendaraan karena termasuk tanda pengisian bahan bakar yang tidak sesuai.
Pencampuran BBM membuat sensor Check Engine mendeteksi adanya jenis bahan bakar yang tidak digunakan oleh mesin.
5. Mesin knocking alias ngelitik
Dampak buruk yang terakhir dari mencampur BBM adalah mesin kendaraan menjadi knocking atau ngelitik.
Kondisi ini disebabkan pencampuran kedua bahan bakar yang membuat performa pembakaran tidak sempurna. Itulah mengapa mesin kendaraan menjadi ngelitik.
Agar performa mesin kendaraan tetap bagus dan awet, sebaiknya pakai satu jenis BBM yang sudah direkomendasikan oleh pabrik. Anda tidak ingin mesin motor atau mobil cepat rusak, bukan?
Tips Memilih BBM yang Tepat untuk Kendaraan
Agar tidak salah memilih BBM untuk kendaraan, berikut ini beberapa tips memilih jenis bahan bakar yang tepat.
1. Mengetahui jenis mesin kendaraan
Setiap jenis mesin kendaraan tentu menggunakan bahan bakar yang berbeda. Di Indonesia, terdapat dua jenis mesin yang kerap digunakan, yakni mesin diesel dan mesin bensin.
Mesin diesel yang digunakan pada kendaraan besar seperti truk dan bus menggunakan BBM jenis solar, yakni Pertamina Dex atau Dexlite.
Sementara untuk kendaraan dengan mesin bensin, harus menggunakan bahan bakar seperti Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo.
2. Perhatikan nilai oktan BBM
Penting untuk mengetahui nilai oktan pada BBM yang akan Anda pilih. Pasalnya, semakin tinggi nilai oktan, semakin sedikit timbal yang dikeluarkan saat pembakaran.
Jika nilai oktan terlalu rendah, maka BBM akan sulit terbakar dan menimbulkan kemunculan kerak pada ruang pembakaran. Hal ini tentu membahayakan kendaraan Anda jika terjadi penumpukan kerak di dalam mesin.
3. Ikuti aturan pabrik
Cara paling mudah untuk pemilihan BBM adalah mengikuti aturan dari pabrik. Biasanya, pabrik sudah menentukan standar bahan bakar yang tepat untuk produk kendaraannya.
Anda dapat menemukan aturan terkait bahan bakar pada buku manual kendaraan atau stiker yang ditempel pada mesin atau tutup tangki. (***)